Selasa, 25 Maret 2014




Sebagai perintis usaha sangkar burung di tempat asalnya yang selalu berbekal kreativitas, Mulyono, seakan kerap lolos dari kesulitan. Lokasi usaha sangkar burung miliknya di Jalan Raya Solo – Sragen KM 16,4 Jawa Tengah ini pun begitu strategis. Tak heran, orang-orang yang melewati jalan ini jadi mudah melihat aneka sangkar burung yang dipajang bergantungan di depan rumah yang merangkap tempat kerjanya.

Melihat beberapa orang mengerjakan pembuatan sangkar burung pun menjadi pemandangan sehari-hari di rumah Mulyono. Ada pula beberapa pedagang sangkar burung dari berbagai daerah yang kulakan di tempatnya. Salah satu sangkar andalan Mulyono adalah adanya motif batik di bagian bawah sangkarnya. Ia sengaja menciptakan motif itu agar pembeli punya banyak pilihan. Selain sangkar motif batik, tentunya ia juga masih membuat sangkar burung yang polos.

Namun, motif batik pada sangkar burung memang paling disukai, meskipun harganya lebih mahal Rp 50 ribu dibandingkan sangkar biasa. Harga pun tergantung model dan ukurannya. Harga satu sangkar burung Mulyono berkisar antara Rp 70 ribu – Rp 150 ribu. Tapi ia menjualnya masih dalam keadaan ‘mentah’. Artinya, sangkar burung itu belum divernis maupun dicat. Kalau yang sudah bentuk sempurna, tentunya harganya lebih tinggi lagi.





Dikisahkan Mulyono, kawasan tempat tinggalnya adalah satu-satunya sentra kerajinan sangkar burung di Sragen. Dia lah yang mempeloporinya di tahun 1991. Saat ini, sudah ada sekitar 50-an perajin dan 10 pengepul di kawasan ini. Yang dimaksud pengepul adalah mereka yang mengumpulkan sangkar burung dari perajin, untuk kemudian menjualnya kembali.

Sebelumnya, Mulyono, yang tak tamat SD ini, mengaku sudah mencoba peruntungan dengan bekerja di sebuah proyek di Jakarta selama beberapa tahun. Lantaran nasibnya tak kunjung membaik, ia memutuskan pulang kampung. Ia sempat bingung ketika belum juga dapat pekerjaan di kampung, padahal sang istri sudah melahirkan anak pertama. Saat itulah, ia melihat seorang teman di Solo yang sedang membuat sangkar burung. Mulyono pun tertarik untuk belajar membuatnya.

Sang teman pun tak keberatan membagi ilmu. Mulyono akhirnya dengan tekun belajar, meski diakuinya, tak mudah membuat sangkar burung yang bagus. Semula ia bekerja di usaha sangkar burung milik teman, walau tidak dibayar. Niatnya saat itu memang untuk belajar. Tiga bulan kemudian, ia pun berhasil menguasai ilmu membuat sangkar burung. Menurut Mulyono, sebenarnya pekerjaan membuat sangkar burung ini termasuk rumit dan butuh ketekunan.

Selanjutnya, Mulyono bertekad mengembangkan usaha di rumahnya sendiri di Masaran, Sragen. Bermodal Rp 2 juta untuk membuat alat produksi dan kebutuhan lain, Mulyono mulai menekuni usahanya. Kala itu, belum ada perajin sangkar burung di Sragen, apalagi di tempat kelahirannya. Ketika memulai usaha, ia malah dicemooh tetangganya. Mereka meledek dan mengatakan, usahanya tidak mungkin berhasil. Mulyono pun malah jadi tertantang ingin membuktikan bahwa usahanya ini bisa lancar.

Awalnya, Mulyono hanya sendirian melakoni usahanya. Tak mudah baginya menuai sukses. Setelah sangkar burung berhasil diproduksi, kendalanya adalah mencari pasarnya. Kala itu, pasar di Solo belum bisa menampung karyanya. Mulyono pun jadi teringat semasa merantau di Jakarta. Ia paham Pasar Pramuka merupakan salah satu sentral penjualan burung dan sangkarnya. Ia pun kemudian membawa puluhan sangkar burung ke Jakarta menggunakan kereta api.

Sangkar burung karya Mulyono yang terkenal halus dan rapih pun langsung memikat pedagang pasar di Jakarta. Ternyata, ia tidak kesulitan memasarkannya. Hanya saja, pedagang pasar sering membayar belakangan. Meskipun begitu, Mulyono bersyukur usahanya bisa berjalan. Sejak itu, Mulyono pun menjadi rutin ke Jakarta.

Sehingga seiring waktu, dalam menjalankan roda produksinya, Mulyono tak bisa sendirian lagi. Ia pun mulai mencari karyawan. Uniknya, ia sengaja mencari pelajar yang kesulitan biaya sekolah. Kebanyakan dari anak-anak tidak mampu yang ibunya sudah menjanda. Awalnya, mereka datang hanya sekedar ingin membantu-bantu. Namun oleh Mulyono, sekalian saja mereka diajarkan membuat sangkar burung sampai bisa. Mulyono pun tetap menggaji mereka meski masih tahap belajar. Setidaknya upah yang ia berikan bisa untuk memenuhi kebutuhan jajan mereka.   





Saat itu ada sembilan anak yang belajar di tempat Mulyono. Ia pun juga merasa terbantu. Mereka bekerja setelah pulang sekolah. Banyak di antara mereka yang sekarang punya pekerjaan bagus. Ada yang menjadi guru, ada juga yang menjadi polisi, bahkan ada yang menjadi perajin sangkar burung yang sukses.

Kian lama, usaha Mulyono makin maju. Ia juga tak perlu capek-capek ke Jakarta lagi. Tiga tahun menekuni usaha, sudah banyak pedagang yang justru mendatanginya. Selain pedagang di Solo, ia juga memasok kebutuhan pedagang di berbagai kota. Bahkan, sampai ke luar Jawa. Tak hanya itu, ia juga punya relasi tokoh-tokoh penting di kotanya. Tetangga di sekitar rumahnya pun jadi heran, kala melihat ia bisa berteman dengan orang-orang ‘besar’ seperti Pak Camat.

Pelan-pelan, akhirnya banyak tetangga kiri-kanan yang kemudian mengikuti usahanya. Bahkan, terus menyebar di kawasan Masaran dan sampai sekarang tempat kelahiran Mulyono sudah berkembang menjadi sentra kerajinan sangkar burung. Mulyono pun tak menduga, usaha yang ia rintis bisa berkembang seperti sekarang ini. Kini dalam menjalankan usahanya, Mulyono juga dibantu oleh anak dan istrinya, Narti. Dulu, istrinya bekerja sebagai karyawati sebuah perusahaan. Kemudian memilih berhenti bekerja, karena ternyata menjalani usaha sendiri bersama suami lebih menjanjikan. Mulyono pun telah berhasil membangun rumah dari usahanya ini.

Sebagai pengrajin, Mulyono mengaku pendapatannya memang tak begitu besar. Berbeda kalau menjadi pengepul, penghasilannya bisa jauh lebih besar. Itu sebabnya belakangan ini Mulyono pun juga mencoba menjadi pengepul. Ia mengambil sangkar burung dari belasan pengrajin dan menjualnya kembali.

Kini, dalam sebulan Mulyono mampu memproduksi ratusan sangkar burung. Menurutnya, usaha sangkar burung sebenarnya tak kenal musim. Artinya, akan mampu terus bertahan. Namun ketika beberapa tahun silam kabar penyakit flu burung merebak, mau tak mau usahanya juga sempat oleng. Penyakit flu burung yang ramai diberitakan, akhirnya membuat orang takut memelihara burung. Otomatis usaha sangkar burung pun juga sulit bertahan. Terbukti,  banyak teman-teman pengrajin yang bertumbangan.

Untungnya, Mulyono masih mampu bertahan. Bahkan ia mendapat pesanan sangkar untuk ayam hutan. Walau sebenarnya ia belum pernah membuat sangkar ayam, tapi ia tidak mau menolak tawaran. Toh, ia tinggal meniru dari model yang sudah ada di pasaran. Sangkar burung karya Mulyono pun sering pula diikutkan dalam berbagai acara pameran. Namun, ia sendiri memilih tak ikut langsung dalam acara pameran tersebut. Baginya, lebih baik tetap bekerja di rumah, membuat sangkar.

Sempat pula usahanya menyusut ketika merebak bisnis tanaman hias seperti gelombang cinta. Apalagi sentra tanaman mahal itu adalah di Kabupaten Karanganyar, tetangga Sragen. Meski tak setelak kabar flu burung, tren tanaman hias itu juga sempat mempengaruhi usaha sangkar burungnya. Namun Mulyono tetap menunjukkan sikap konsistennya. Ia meyakini, usaha pembuatan sangkar burung tak akan pernah benar-benar surut. Terbukti, ia sanggup bertahan dari tahun ke tahun. Dari harga sangkar burung mentah per buah Rp 8.500 sampai sekarang Rp 150 ribu. Tentu saja ia sangat bersyukur usahanya masih bisa terus bertahan. Apalagi, belakangan ini usahanya terus stabil. Bahkan ia sudah mendapat pesanan dari Taiwan secara berkala.  

Salah satu kunci untuk terus bertahan adalah, Mulyono tak berhenti berkerasi dan berinovasi. Ia sanggup membuat aneka model sangkar, dari bentuk bulat, segi empat, segi delapan, dan beragam lainnya. Total, ia sanggup membuat 15 model. Dan yang terbaru adalah, ia membuat sangkar motif batik. Cara membuatnya memang lebih lama, tapi sebenarnya tidak sulit bagi Mulyono. Membuat sangkar motif batik ini hanyalah keinginan Mulyono untuk memberi sentuhan lain pada sangkar burungnya. Dan kreasinya ini pun sangat disukai pelanggan. Malah, banyak yang memintanya untuk membuat motif tertentu. Mulyono pun sanggup mengerjakan asalkan harganya cocok.

Mulyono pun mengaku akan terus setia dengan pekerjaannya, karena usahanya terbukti mampu menghidupi keluarganya. Dan ia pun masih ingin terus mengembangkan industri sangkar burung di tempatnya. Sebenarnya, pernah ada seorang pengusaha dari Medan yang mengajaknya untuk membuka usaha di sana. Bahkan sampai mengiming-iminginya mau dibuatkan rumah. Tapi Mulyono memilih tetap menjalankan usahanya di rumah saja.
  


____________________________
advetorial :

MENERIMA LAYANAN JASA KURIR, ANTAR BARANG, PAKET MAKANAN, DOKUMEN, DAN LAIN-LAIN UNTUK WILAYAH JAKARTA DAN SEKITARNYA KLIK DI SINI

BOLU KUKUS KETAN ITEM, Oleh-Oleh Jakarta, Cemilan Nikmat dan Lezat, Teman Ngeteh Paling Istimewa, Bikin Ketagihan !! Pesan sekarang di 085695138867 atau  KLIK DI SINI

4 komentar:

  1. Asalamualaikum,,, saya pengrajin sangkar burung dari purwodadi,, mau ikut kerjasama boleh gak pak???? Mohon di tanggapi,,, terimakasih,,, no hp: 085600265880 pin bb:7EE04FCD

    BalasHapus
  2. KISAH NYATA..............
    Ass.Saya ir Sugianto.Dari Kota Timor Leste Ingin Berbagi Cerita
    dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
    saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
    saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
    internet dan menemukan nomor Ki Kanjeng saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya di kasih solusi,
    awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Kanjeng alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
    sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
    Kanjeng di nmr 085320279333 Kiyai Kanjeng,ini nyata demi Allah kalau saya tidak bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.

    KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
    BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!

    ((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))

    Pesugihan Instant 10 MILYAR
    Mulai bulan ini (Oktober 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :

    Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
    Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
    dll

    Syarat :

    Usia Minimal 21 Tahun
    Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
    Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
    Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
    Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda

    Proses :

    Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
    Harus siap mental lahir dan batin
    Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
    Pada malam hari tidak boleh tidur

    Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :

    Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
    Ayam cemani : 2jt
    Minyak Songolangit : 2jt
    bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt

    Prosedur Daftar Ritual ini :

    Kirim Foto anda
    Kirim Data sesuai KTP

    Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR

    Kirim ke nomor ini : 085320279333
    SMS Anda akan Kami balas secepatnya

    Maaf Program ini TERBATAS . 20 orang saja

    BalasHapus
  3. Ngomongin sangkar burung kok yo comen pesugihan to yo

    BalasHapus